Beberapa Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari oleh Seorang Leader
“From the wise leader, we learn the art of guiding; from the flawed leader, we learn the path to avoid”
“Mas, makasih yah, meski kami hanya anak magang tapi Mas bisa treat kami seperti yg lain, mau dengerin keluh kesah kami, dan jadi lead yang down to earth”.
Pesan perpisahan singkat lewat WhatsApp dari anak magang di kantor kami yang sebelum dan sebelumnya lagi. Tak jarang, larut malam, aku mendapati diriku merenung, memikirkan apakah caraku mengkoordinasi membimbing mereka dengan benar atau menuntun mereka ke jalan yang salah. Dimana kala itu merasa bener-bener diberi tanggung jawab yang belum pernah kupegang sebelumnya. Dengan 2 Front-End developer, 3 Back-end developer, 1 UI/UX dan ketambahan 2 resource magang (sharing) di posisi data engineer. Yet again, kalimat perpisahan itu bener-bener sedikit bisa membuatku berdelusi, “Hmm, kayanya nge-lead memang ada seninya.”
Ketakutanku bukan tanpa sebab, dari empat company aku berpetualang hingga tiba di karirku saat ini (+- 8 tahunan). Berbagai karakter atasan, atau mungkin atasan dari tim yang berbeda, telah kuamati gaya kepemimpinan mereka yang beragam — ada yang membuatku takjub, sementara yang lain justru membuatku tergeleng-geleng dan ngelus dada :-). Dalam tulisan ini, aku ingin berbagi ke teman-teman yang mungkin saat ini diberi tanggung jawab sebagai pemimpin, atau jika belum, mungkin suatu saat akan mengembangkan tanggung jawab tersebut di kantor temen-temen. Ada loh beberapa hal yang seorang leader sering lakukan yang tanpa kita sadari hal tersebut sangat menyulitkan atau minimal membuat team member kita sebel dan merasa ngga nyaman.
- Ngasih arahan ngga jelas : Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang pemimpin adalah memberikan arahan yang tidak jelas kepada bawahannya. Terkadang, seorang pemimpin hanya menyebutkan ekspektasinya terhadap hasil akhir tanpa menjelaskan input yang diperlukan, proses yang tepat bagaimana, dan prioritasnya seperti apa. Akibatnya, bawahan merasa bingung dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang tidak jelas.
- Ngga paham proses & Teknis : Kesalahan lain yang sering terjadi adalah kurang memahami proses dan teknis pekerjaan. Sebagai seorang pemimpin, tidak diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang setiap detail teknis, tetapi minimal memahami proses yang harus dilalui dan kesulitan yang mungkin timbul, sehingga dapat memberikan solusi yang tepat saat terjadi kendala. Dengan memahami proses dan teknis pekerjaan, seorang pemimpin juga dapat menghindari memberikan arahan yang tidak realistis atau mustahil bagi bawahannya.
- Banyak ngasih kerjaan terus lupa gitu aja : Seringkali, seorang pemimpin juga terjebak dalam memberikan banyak tugas kepada bawahannya tanpa memperhatikan kapasitas dan waktu yang tersedia. Akibatnya, beberapa tugas mungkin dilupakan atau diabaikan setelah beberapa hari tanpa melakukan follow-up yang diperlukan. Hal ini dapat membuat bawahan merasa tidak dihargai dan kurang termotivasi untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk memprioritaskan tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya dan memastikan bahwa setiap tugas memiliki batas waktu yang jelas dan realistis.
- Suka nyuruh tanpa ngasih konsteks-nya : Kesalahan lain yang sering terjadi adalah memberikan instruksi tanpa memberikan konteks yang jelas. Seorang pemimpin seringkali memberikan instruksi kepada bawahannya tanpa menjelaskan tujuan akhir dari tugas yang diberikan. Akibatnya, bawahan sering merasa kebingungan dan tidak mengerti mengapa tugas tersebut harus dilakukan. Untuk menghindari hal ini, seorang pemimpin perlu memastikan bahwa setiap instruksi yang diberikan disertai dengan penjelasan yang jelas mengenai tujuan akhir dari tugas tersebut dan bagaimana tugas tersebut akan membantu mencapai tujuan keseluruhan tim atau organisasi.
- Hobi ngeburu-buruin tanpa mau tau effort-nya : Selain itu, seorang pemimpin juga perlu menghindari kebiasaan untuk terburu-buru dalam menyelesaikan tugas tanpa memperhatikan usaha dan hambatan yang mungkin muncul. Terkadang, seorang pemimpin terlalu fokus pada hasil akhir tanpa memperhatikan proses yang diperlukan untuk mencapainya. Akibatnya, bawahan mungkin merasa tertekan dan tidak termotivasi untuk bekerja dengan baik. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk memberikan waktu dan ruang yang cukup bagi bawahannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan memastikan bahwa setiap tugas diselesaikan dengan kualitas yang baik.
- Nyuruh lembur dan Kerja weekend padahal ngga urgent : Selain itu, seorang pemimpin juga perlu menghindari kebiasaan untuk meminta bawahannya untuk lembur atau bekerja di akhir pekan tanpa alasan yang jelas. Terkadang, seorang pemimpin mungkin merasa tergoda untuk meminta bawahannya untuk bekerja lebih dari yang diperlukan untuk memenuhi tenggat waktu atau target yang telah ditetapkan. Namun, hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan kelebihan beban bagi bawahan, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi produktivitas dan kesejahteraan mereka. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk memastikan bahwa setiap tugas yang diberikan kepada bawahannya memiliki batas waktu yang realistis dan memungkinkan mereka untuk bekerja dengan efisien dan efektif.
- Masalah pribadi ngomelnya ke bawahan : Ketika merasa panik atau stres, seorang pemimpin juga perlu menghindari ekspresi kemarahan yang tidak beralasan kepada bawahannya. Meskipun sangat wajar untuk merasa stres atau tertekan dalam situasi yang sulit, tetapi sebagai seorang pemimpin, penting untuk tetap tenang dan profesional dalam menghadapi masalah. Akibatnya, bawahan mungkin merasa tidak nyaman atau tidak aman jika mereka merasa bahwa pemimpin mereka tidak dapat mengendalikan emosi mereka sendiri. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk memberikan contoh yang baik dan menunjukkan bahwa Anda dapat menghadapi tantangan dengan tenang dan penuh kepercayaan diri.
- Ngga pernah monitoring tau-tau nagih hasilnya : Selain itu, seorang pemimpin juga perlu menghindari kebiasaan untuk tidak pernah mengadakan pertemuan kemajuan secara rutin. Terkadang, seorang pemimpin mungkin terlalu sibuk dengan tugas-tugas mereka sendiri sehingga mereka lupa untuk berkomunikasi secara teratur dengan bawahannya. Akibatnya, bawahan mungkin merasa tidak dihargai atau tidak didukung dalam pekerjaan mereka. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk mengadakan pertemuan kemajuan secara rutin dengan bawahannya untuk membahas progres pekerjaan mereka, memecahkan masalah yang mungkin muncul, dan memastikan bahwa setiap anggota tim merasa didengar dan didukung dalam pekerjaan mereka.
- Ngga pernah mau dengerin bawahan : Seorang pemimpin juga perlu menghindari kebiasaan untuk tidak pernah mendengarkan keluhan atau curhatan dari bawahannya, dan tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbicara. Terkadang, bawahan hanya butuh didengarkan tanpa harus diberikan solusi, dan penting bagi seorang pemimpin untuk memberikan kesempatan bagi bawahannya untuk berbicara dan mengungkapkan perasaan mereka. Dengan mendengarkan keluhan atau curhatan dari bawahannya, seorang pemimpin dapat memahami masalah yang mungkin muncul dalam tim mereka dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
- Ngga pernah ngasih apresiasi ke bawahan : Selain itu, seorang pemimpin juga perlu menghindari kebiasaan untuk tidak pernah memberikan apresiasi kepada bawahannya, bahkan sekadar ucapan terima kasih. Meskipun sederhana, ungkapan terima kasih tersebut sangat berarti bagi bawahannya dan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja mereka. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk mengakui dan menghargai kontribusi yang diberikan oleh bawahannya, dan memberikan apresiasi yang pantas atas kerja keras dan dedikasi mereka.
- Terlalu jaga jarak dengan bawahan : Selain itu, seorang pemimpin juga perlu menghindari perilaku yang menunjukkan sikap superioritas dan jarak yang besar antara dirinya dengan bawahan. Beberapa pemimpin cenderung menetapkan batasan yang besar antara diri mereka dan tim, membuat sulit bagi bawahan untuk merasa nyaman berkomunikasi atau berinteraksi dengan mereka. Mereka mungkin merasa bahwa pemimpin tersebut lebih mengutamakan otoritas dan hierarki daripada kerja sama tim dan kolaborasi. Sebagai hasilnya, hubungan antara pemimpin dan bawahan menjadi tegang dan kurang produktif. Sebagai seorang pemimpin, penting untuk membaur dengan bawahan, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan terbuka, di mana setiap orang merasa didengar, dihargai, dan termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. Dengan demikian, pemimpin dapat membangun hubungan yang kuat dan memimpin tim menuju kesuksesan bersama.
Itu dia temen-temen beberapa hal yang perlu kita hindari jika menjadi seorang pemimpin, kalo kata Jack Welch, “Ketika kamu menjadi pemimpin, kamu tidak diberi mahkota, kamu diberi tanggung jawab untuk mengeluarkan yang terbaik dalam diri orang lain.” Oleh karena itu, penting bagi seorang pemimpin untuk tidak hanya menghindari kesalahan-kesalahan yang telah dibahas, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang membangun, memberdayakan, dan menginspirasi tim kita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, produktif, dan membangun, di mana setiap individu dapat berkembang dan berkontribusi secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
“A leader takes people where they want to go. A great leader takes people where they don’t necessarily want to go, but ought to be.”
— Rosalynn Carter